Pada hari Jumat, 17 Februari 2016, ada pemandangan yang tidak biasa di lingkungan Vihara Prajna Metta Desa Setiadi, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen. Pagi hari itu, umat untuk sesaat meninggalkan aktivitas sehari-hari yang mayoritas sebagi petani untuk datang ke vihara. Karena pada hari itu ada kegiatan pindapata. Pindapata menjadi salah satu rangkaian kegiatan acara di hari tersebut, karena setelah kegiatan pindapata dilanjutkan dengan pelimpahan jasa, baca paritta, meditasi dan mendengarkan dhammadesana yang disampaikan oleh YM Bhante Cattapiyo. Tema Dhammadesana adalah Kebaikan Sumber Kebahagiaan.
Pindapata adalah budaya luhur para Buddha. Kebiasaan yang sudah lama berlangsung di kalangan para bhikkhu yang mencontoh dari kebiasaan Buddha untuk mendapatkan makanan dari umat. Bhikkhu yang melakukan pindapata meninggalkan vihara menuju ke tempat umat untuk memberi kesempatan kepada umat berdana kepada bhikkhu sangha. Bhikkhu berjalan dengan tidak mengenakan alas kaki sambil membawa mangkuk untuk menerima persembahan dari umat. Barang yang didanakan atau dipersembahkan umat umumnya adalah makanan dan minuman.
Pindapata tidak sama dengan mengemis. Pindapata dilakukan dengan terhormat. Bhikkhu tidak meminta apapun saat bertemu dengan umat. Bhikkhu akan berhenti berjalan lalu membuka mangkuk jika ada umat yang akan mempersembahkan dana. Persembahan diterima dengan menggunakan mangkuk. Setelah umat selesai berdana, mangkuk pun ditutup kembali dan bhikkhu langsung melanjutkan perjalanan hingga pindapata selesai tanpa. Jadi pindapata sangat berbeda dengan mengemis yang mengharapkan belas kasihan dari orang lain dengan cara meminta-minta.
Anumodana atau turut berbahagia dengan kebaikan-kebaikan tersebut. Semoga para pembuat kebaikan mendapatkan berkah kebahagiaan.
.JPG)