May 23, 2012

SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI DESA WONOHARJO


*********

Awalnya umat Buddha di desa Wonoharjo adalah penganut aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Kejawen). Kemudian pada tahun 1967, setelah peristiwa G 30 S PKI, pemerintah mengharuskan setiap orang menganut agama. Oleh karena itu, beberapa orang di Desa Wonoharjo kemudian memilih untuk memeluk agama Buddha. Orang yang sangat berjasa mengenalkan informasi keberadaan agama Buddha di wilayah Kebumen adalah Bapak Marsudi atau yang sering di panggil Pak Sisu.

Beliau memberitahukan bahwa kalau ingin berlajar agama Buddha harus pergi ke Pondok, Purwadadi yang sekarang berada di kecamatan Kuwarasan. Pada saat itu, di Pondok diadakan kursus-kursus ajaran agama Buddha selama setengah bulan, diantaranya belajar Puja Bhakti. Warga desa Wonohrajo yang waktu itu belajar ke sana diantaranya: Bapak Marsudi, Bapak Suramiarja, Bapak Joyo Utomo, Bapak Madrasran, Bapak Sanardja, Bapak Jasentana, Bapak Marto Suwito, Bapak Sikin, Bapak Masnan, Ibu Sakiem, Bapak Darmo Suwito. Melalui merekalah kemudian agama Buddha dikenalkan ke warga Wonoharjo yang lainnya. Beberapa tokoh di atas, saat ini masih hidup, namun sebagian besar sudah meninggal dunia. 

Setelah mereka belajar agama Buddha di Pondok, akhirnya puja bhakti mulai diadakan di desa Wonoharjo. Awalnya diadakan di rumah-rumah umat Buddha. Salah satu diantarnya di rumah Bapak Madrasan yang ada di dukuh Lemungsur, di rumah Bapak Joyo Utomo dan Bapak Suramiarja untuk wilayah dukuh Beji. Pada tahun 1985, umat Buddha Wonoharjo khususnya di wilayah Beji yang merupakan wilaya dengan mayoritas pemeluk agama Buddha merencanakan membangun vihara. Salah seorang umat yang murah hati yang bernama Bapak Mankarta menghibahkan tanah seluas 15 x 8 meter. Di atas tanah tersebut kemudian dibangun vihara.

Pada tanggal 11 April 1986, akhirnya pembangunan vihara pertama di desa Wonoharjo mulaui dilaksanakan. Pembangunan vihara ini mendapat bantuan subsidi dari pemerintah sebanyak Rp. 800.000,-. Dana itu kemudian digunakan untuk membeli material. Satu tahun kemudian, vihara tersebut selesai dibangun. Vihara itu diberi nama Vanna Sukha Bhumi oleh YM Bhikkhu Win Wijano. Artinya adalah tempat yang indah dan membahagiakan. 

Setelah vihara berdiri, umat Buddha kemudian memusatkan kegiatan keagamaan di Vihara Vanna Sukha Bhumi. Karena, bangunan pertama dibuat dari material yang sederhana. Akibatnya setelah beberapa tahun, bangunan itu menjadi keropos. Untuk itulah, pada awal tahun 1990an umat Buddha Vihara Vanna Sukkha Bhumi kemudian memutuskan merehab vihara untuk pertama kalinya. Ukuran bangunan vihara menjadi 9 x 6 meter. Setelah selesai direhab, umat kembali bisa menggunakan vihara ini untuk pusat kegiatan. Diantaranya untuk puja bhakti malam, perayaan hari suci, kegiatan sekolah minggu. Ada juga kunjungan dari keluarga mahasiswa Buddhis Universitas Parahyangan untuk melakukan kegiatan social dan pembinaan umat. 

Pada tahun 2008, umat Buddha menyadari bahwa bangunan vihara sudah lapuk dan tidak mungkin untuk direhab kembali. Akhirnya diputuskan bahwa bangunan lama harus dibongkar dan diganti dengan bangunan baru. Pada Juni 2009, bangunan lama vihara dibongkar total dan pada tanggal 18 Juni 2009, diadakan peletakan batu pertama yang dihadiri oleh YM Bhikkhu Cattamano, YM Bhikkhu Subapanno, YM Indaguno. Batu pertama diletakan oleh YM Bhikkhu Cattamano, batu kedua oleh YM Bhikkhu Subapanno dan batu ketiga diletakkan oleh Bapak Parjo Darmo Suwito. 

Pembangunan vihara ini dilakukan oleh swadaya umat dan dibantu oleh para donator serta dari pemerintah. Umat setempat membantu tenaga, materi berupa kayu, batu dan makanan. Umat juga berupaya mengumpulkan dana dengan program “Pengumpulan Gula Merah’. Para donator yang membantu diantaranya dari Sangha Theravada Indonesia, Yayasan Abdi Dhamma Indonesia, Umat Buddha Kerawang, dan Donatur lainnya. Pihak pemerintah yang membantu berasal dari Pemda Kebumen, Gubernur Jawa Tengah, Bimas Buddha Jawa Tengah serta dari kementerian pusat agama Buddha Republik Indonesia untuk membantu Sekolah Minggu Buddha. Akhirnya pada tanggal 16 Mei 2012 diadakan acara purna pugar Vihara Vanna Sukha Bhumi. 

Pada acara itu, hadir Wakil Bupati Kebumen, Ibu Juwarni, AMd.Pd yang berkenan memberikan sambutan. Selain beliau, pejabat Muspida Kebumen dan Muspika Rowokele pun hadir. Sedangkan Sangha yang hadir antara lain YM Bhante Dhammasubho Mahathera, YM Bhante Jagaro Mahathera, YM Bhante Sujano Thera, YM Bhante Vimaladiro, YM Bhante Indaguno, YM Bhante Dhammacitto. Umat dari berbagai vihara di wilayah Kebumen pun hadir untuk memeriahkan acara ini. 

Sekarang umat Buddha di desa Wonoharjo memiliki vihara yang baru, kuat. Jadi umat menjadi aman dan nyaman saat mengadakan kegiatan keagamaan di vihara. Banyak kegiatan rutin yang telah diadakan di vihara yang baru, diantaranya puja bhakti, sekolah minggu, meditasi. Dan selama tiga tahun terakhir, Vihara Vanna Sukha Bhumi menjadi tempat KKN bagi mahasiswa/i dari berbagai kampus STAB, yaitu STABN Sriwijaya, dan STIAB Samaratungga. Mahasiswa dari STAB Syailendra Semarang pun pernah melakukan pengabdian masyarakat. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisi pasi dalam proses perkembangan agama Buddha di desa Wonoharjo hingga sampai saat ini. 

Anumodana kepada para pelaku kebajikan, semoga anda senantiasa dalam lindungan Tiratana.

SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI DESA WONOHARJO Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Vihara Vanna Sukha Bhumi